Resesi global bukan sekadar isu internasional, tetapi juga ancaman nyata bagi stabilitas ekonomi nasional. Dengan pelemahan ekonomi di negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan kawasan Eropa, Indonesia turut merasakan dampaknya, terutama dalam sektor ketenagakerjaan. Industri padat karya seperti manufaktur, tekstil, dan ekspor-impor mulai mengalami penurunan aktivitas.
Hal ini dipicu oleh menurunnya permintaan dari pasar global, berkurangnya investasi asing langsung (FDI), dan terhambatnya rantai pasok internasional. Saat perusahaan-perusahaan skala besar menghadapi tekanan likuiditas, efisiensi tenaga kerja menjadi langkah yang paling cepat dan mudah untuk dilakukan — yang sayangnya berarti pemutusan hubungan kerja (PHK) tak bisa dihindari.
Sektor yang Paling Terdampak: Industri dan Teknologi
Sektor industri manufaktur menjadi salah satu yang paling rentan terhadap gejolak global. Penurunan ekspor akibat lesunya pasar luar negeri membuat perusahaan memangkas produksi dan mengurangi jumlah tenaga kerja. Industri tekstil dan garmen, yang selama ini menjadi penyerap tenaga kerja terbesar, turut terdampak karena tingginya ketergantungan pada permintaan ekspor dan bahan baku impor.
Tak hanya sektor konvensional, sektor teknologi dan startup digital juga mulai merasakan dampak resesi global. Perusahaan-perusahaan teknologi yang sebelumnya mengalami lonjakan pertumbuhan kini melakukan efisiensi besar-besaran, termasuk pengurangan jumlah karyawan, pembatalan perekrutan, dan penundaan proyek.
Fenomena ini bukan hanya terjadi di Jakarta sebagai pusat ekonomi nasional, tetapi juga menyebar ke kota-kota besar lainnya seperti Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta, tempat berkembangnya banyak perusahaan rintisan.
Upaya Adaptasi Tenaga Kerja di Tengah Ancaman PHK
Dalam menghadapi situasi ini, para pekerja dituntut untuk lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan. Pengembangan keterampilan (upskilling) dan pembelajaran ulang (reskilling) menjadi langkah penting agar tenaga kerja tetap relevan di tengah perubahan pasar kerja.
Kementerian Ketenagakerjaan telah menggulirkan berbagai program pelatihan berbasis digital serta kerja sama dengan industri untuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja. Di sisi lain, banyak pekerja juga mulai melirik sektor informal atau wirausaha sebagai alternatif penghasilan, terutama yang terdampak PHK.
Selain itu, fenomena kerja lepas (freelance) dan ekonomi gig mulai menjadi pilihan populer di kalangan generasi muda, yang memungkinkan mereka bekerja fleksibel dan menjangkau pasar global meski kondisi ekonomi tengah menurun.
Peran Pemerintah dan Strategi Jangka Panjang
Pemerintah Indonesia berupaya menekan dampak negatif resesi global melalui berbagai strategi. Stimulus fiskal, insentif untuk pelaku usaha, hingga penguatan program jaring pengaman sosial merupakan beberapa langkah yang dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat dan menjaga stabilitas ekonomi.
Selain itu, pentingnya mendorong diversifikasi ekonomi menjadi fokus utama. Ketergantungan terhadap sektor tertentu seperti ekspor atau manufaktur harus dikurangi dengan mengembangkan sektor alternatif seperti ekonomi digital, pertanian berkelanjutan, dan industri kreatif.
Di sisi kebijakan ketenagakerjaan, pemerintah perlu memperkuat sistem perlindungan tenaga kerja, termasuk fleksibilitas kerja, skema tunjangan pengangguran, dan akses terhadap pelatihan kerja secara berkelanjutan. Tujuannya adalah memastikan transisi yang mulus bagi pekerja terdampak agar bisa kembali masuk ke pasar kerja tanpa kehilangan daya saing.
Sumber: https://bully.id/